Investasi Pemula ( Contoh )

Posted by bursa berjangka on 21.33

Jika ingin bermain saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), terlebih dahulu investor harus mengenal indeks-indeks saham yang ada di BEJ. Ada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), indeks sektoral, indeks individual. Indeks-indeks ini merupakan cerminan arah pergerakan harga-harga saham. Investor juga bisa menggunakan indeks saham sebagai alat pengukur tingkat keuntungan.

Indeks harga saham merupakan indikator atau alat ukur paling penting yang menggambarkan pergerakan harga saham di bursa. Secara teori, untuk investor, indeks harga saham itu bisa mempunyai tiga manfaat utama. Yaitu: sebagai penanda arah pasar, tongkat pengukur tingkat keuntungan, dan tolok ukur kinerja portofolio.

Nah, di Bursa Efek Jakarta (BEJ), saat ini, sebenarnya ada lima indeks. Yaitu: indeks individual, indeks sektoral, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).

Di antara indeks-indeks itu, indeks yang paling utama adalah IHSG. Sebab, indeks ini dihitung berdasarkan harga hampir semua saham yang tercatat di BEJ.

Indeks ini pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Tapi, hari dasar perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, dan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu sebanyak 13 saham.

Karena menggunakan harga hampir semua saham di BEJ dalam perhitungannya, IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama. Gampangnya, jika ingin melihat kondisi bursa saham saat ini, kita tinggal melihat pergerakan angka IHSG.

Jika IHSG cenderung meningkat seperti yang terjadi akhir-akhir ini, artinya harga-harga saham di BEJ sedang meningkat. Jika kondisi peningkatan indeks ini terjadi secara terus-menerus, orang sering bilang bahwa pasar sedang bergairah atau bullish. Cuma, yang ideal, selain IHSG-nya yang naik, saat bullish, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan ketenagakerjaan juga mestinya meningkat.

Pada saat bullish ini biasanya investor mempunyai banyak peluang untuk mencetak untung. Sebab, harga sebagian besar saham memang tengah meningkat tinggi.

Sebagian analis menilai, kondisi bursa saham kita saat ini sedang memasuki fase bullish. Sebab, beberapa tahun terakhir, IHSG terus naik tinggi sehingga sudah melampaui angka psikologis 2.000. Nah, menurut para analis saham, saat IHSG naik tinggi adalah saat yang baik untuk memetik keuntungan (profit taking).

Sebaliknya, jika IHSG cenderung turun, artinya harga-harga saham di BEJ sedang merosot. Jika kondisi penurunan indeks harga saham ini terjadi secara terus-menurus, pemain saham sering menyebut bahwa pasar sedang lesu atau bearish.

Cuma, jangan salah, kondisi ini sebenarnya juga memberikan banyak peluang untuk investor. Sebab, mereka memiliki kesempatan untuk membeli saham-saham saat harganya murah.

Oh, ya, sekadar catatan; persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda dibanding dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham. Kadang kala ada harga saham yang peningkatan atau penurunannya jauh melampaui pergerakan angka IHSG.

Selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ45 bisa digunakan sebagai alat untuk memantau kinerja pasar saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tapi, indeks ini tidak mencerminkan pergerakan harga semua saham-saham di BEJ.

Saham-saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 adalah saham-
saham pilihan. Selain memiliki kapitalisasi pasar besar, saham-saham itu juga merupakan saham paling likuid di BEJ.
Indeks LQ45 hanya beranggotakan 45 saham pilihan. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk memilih saham-saham anggota Indeks LQ45 ini.

Yang pertama, saham-saham itu minimal sudah harus tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dalam jangka waktu tiga bulan. Saham-saham itu juga harus masuk dalam ranking 60 besar saham-saham yang memiliki total transaksi terbesar di pasar reguler Bursa Efek Jakarta (BEJ). Selain itu, dalam 12 bulan terakhir, rata-rata kapitalisasi pasar (harga dikalikan jumlah saham) saham itu juga harus masuk dalam ranking 45 saham tertinggi.

Yang tak kalah pentingnya, kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan penerbit saham itu juga harus bagus.

Saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 itu tidak tetap. BEJ akan terus memantau kinerja masing-masing saham. Tiap tiga bulan sekali, BEJ akan melihat kembali ranking saham-saham anggota LQ45. Selain itu, setiap enam bulan, yaitu bulan Februari dan Agustus, BEJ juga akan melakukan penggantian anggota Indeks LQ45 jika memang diperlukan.

Jika ada saham yang tidak memenuhi kriteria lagi, saham itu akan didepak dari anggota LQ45 dan diganti dengan
saham-saham baru yang lebih memenuhi syarat.

Selama ini, pergerakan Indeks LQ45 cenderung selalu searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Jika LQ45 naik, IHSG juga naik. Begitu pula sebaliknya; jika ia merosot, IHSG juga cenderung merosot. Ini terjadi karena semua saham-saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 juga menjadi anggota IHSG. Sudah begitu, saham-saham yang menjadi anggota LQ45 sebenarnya juga merupakan lokomotif utama penggerak IHSG. Sebab, Indeks LQ45 menampung saham-saham yang paling likuid, paling besar kapitalisasinya, dan paling baik kinerjanya.

Karena itulah, LQ45 juta bisa digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja pasar saham di BEJ. Secara khusus, investor yang fokus investasi di saham-saham top juga lebih tepat jika menggunakan indeks ini sebagai acuan jika dibandingkan dengan IHSG.

Anda termasuk investor yang hanya mau berinvestasi di instrumen-instrumen investasi syariah? Tenang, Anda bisa memilih saham-saham yang menjadi anggota Jakarta Islamic Index (JII) jika ingin berinvestasi di saham. BEJ dan Danareksa Manajemen Investasi sengaja membentuk indeks ini untuk menyediakan tolok ukur (benchmark) bagi investor yang berinvestasi di saham-saham halal.

Selain Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks LQ45, ada pula Indeks Islami Jakarta atau Jakarta Islamic Index.

Ini merupakan indeks termuda di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diluncurkan pada 3 Juli 2000. Penyusunnya adalah BEJ dan Danareksa Manajemen Investasi (DMI).

JII ini merupakan indeks yang spesial karena anggotanya adalah 30 saham-saham halal, atau saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Karena itu, tentu saja Dewan Pengawas Syariah DIM dan BEJ tidak sembarangan memilih dalam memilih saham-saham yang bisa masuk dalam perhitungan JII.

Tentu saja perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan yang bertentangan dengan syariah Islam tidak bisa masuk JII. Kegiatan-kegiatan yang masuk dalam kategori haram ini adalah: perjudian, lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem bunga (ribawi), usaha yang memproduksi dan memperdagangkan makanan dan minuman haram, serta usaha-usaha yang yang menyediakan barang atau jasa yang merusak moral atau mudarat.

Untuk memilih saham-saham yang layak menjadi anggota JII, DIM dan BEJ melaksanakan urutan seleksi khusus. Pertama, BEJ memilih kumpulan saham yang memiliki usaha utama yang tidak bertentangan dengan syariah islam. Saham ini harus sudah tercatat di BEJ lebih dari 3 bulan, kecuali jika saham itu masuk dalam kelompok 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Kedua, BEJ dan DIM memilih saham yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva tidak melebihi 90%, berdasarkan laporan tahunan atau semesteran terakhir.

Ketiga, mereka memilih 60 saham dari saham-saham itu yang memiliki rata-rata kapitalisasi pasar terbesar dalam setahun terakhir.

Keempat, BEJ dan DIM akan memilih 30 saham dari saham-saham tadi yang memiliki nilai likuiditas perdagangan reguler rata-rata paling tinggi dalam setahun terakhir.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa selain halal, saham-saham yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid.

Karena usaha perusahaan, kapitalisasi pasar, maupun likuiditas saham bisa berubah-ubah; BEJ dan DIM akan terus mencermati saham-saham anggota JII. Jika ada yang perlu diganti, setiap enam bulan - pada bulan Januari dan Juli - BEJ akan melakukan penggantian dan mengumumkan daftar anggota JII yang baru.

Investor bisa menggunakan JII sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja portofolio investasi yang berinvestasi di saham-saham syariah. Contohnya adalah reksadana syariah. Selain itu, investor JII memudahkan investor yang memang hanya mau berinvestasi di saham-saham halal. Investor ini tinggal memilih saja satu atau beberapa saham yang jadi anggota JII itu.